Lupa Caranya Berterima Kasih
Pernah berpikir tentang pentingnya kata “Terimakasih” yang kamu ucapkan kepada oranglain? Pernah mengalami beberapa orang berubah hanya karena kamu ucapkan “Terimakasih” setelah selesai berbincang melalui kiriman pesan ?
Aku pernah. Bahkan sering.
Menjadi kakak asuh bagi beberapa adik SMA membuat aku sedikit banyak dihujani chat yang berisi entah pertanyaan, pernyataan atau bahkan keluhan. Chat itu dikirim entah pagi buta, entah siang hari, sore hari, saat sedang di kelas kuliah, atau bahkan pada saat aku masih tertidur. Banyak yang sering resend pesan yang belum dibaca atau sudah tapi belum sempat dibalas, bahkan beberapa sering call secara tiba-tiba - entah ‘kepencet’ atau memang ingin segera dibalas pesannya -.
Pesan yang dikirim pun bervariasi, ada yang seperti membuat novel, ada juga yang singkat dan padat.
Menjadi seseorang yang hampir setiap hari - sejak 2013 - dikirimi chat membuatku mau tak mau belajar banyak karakter manusia - atau yang lebih muda -. Mempelajari setiap kata yang dituliskan dalam pesan, memahami setiap kalimat yang kadang hasilnya membuatku merenung sendiri bertanya-tanya; Apa aku kaya gini juga? yang sering membuatku membayangkan seperti apa sifat-sifat ini akan bermuara di masa depan.
Terlepas dari banyaknya karakter, ada satu yang menjadi sorotanku setiap kali balas-membalas chat ; “Diakhiri dengan apa pesan kali ini?”
Untuk beberapa orang, mengirimi pesan kepada oranglain menurutnya itu tidak usah formal-formal. “Halah, mau nanya aja kok. Gue-Lo boleh kan ya.”. Maksud lainnya adalah untuk mengakrabkan diri satu sama lain, supaya tidak ada jarak atau hierarki yang tercipta. Toh kita sama-sama manusia. Sistem seperti ini seringkali aku anggap menyenangkan. Kita bisa saling cerita bahkan sampai hal pribadi sekalipun. Bahkan mungkin beberapa orang menjadi akrab dan menghasilkan ikatan pertemanan baru yang indah antar diri masing-masing. Bisa saling mengirimi chat tanpa melihat waktu dan situasi, bebas cerita atau call sesuka hatinya. Wah. Pokoknya bisa kapan aja ngobrolnya.
Tapi,
Ada hal menarik (juga mengganjal hatiku) yang aku pelajari selama pertukaran pelajarku di Perancis selama 6 bulan ini yaitu kebiasaan orang perancis yang selalu mengakhiri segala sesuatunya dengan ucapan Merci! atau Terima kasih!. Masyarakat yang terkenal individualis ini ternyata sangat ramah dan sangat beradab, tidak heran mengapa mereka bisa menjadi negara maju. Menurutku, hal sekecil mengucapkan terimakasih saja dibiasakan menjadi adab, apalagi hal-hal yang lebih besar yang mempengaruhi segala aspek hidup mereka. (yah, meskipun masyarakat Indonesia masih lebih ramah, katanya).
Di Perancis aku kenal dengan beberapa teman dan sering chat dengan mereka, entah sekedar curhat atau urusan kerja kelompok/belajar bersama. Ketika selesai berdiskusi tentang sesuatu, menentukan jam bertemu, atau selesai memberi saran terhadap satu persoalan, mereka (orang Perancis) biasa memberikan penutup dengan Merci!, terkadang ditambahkan lagi dengan Bonne nuit (selamat malam) jika hari sudah malam atau Bonne Journée (semoga harimu menyenangkan) pada saat masih di pagi atau siang hari. Hal ini bahkan mereka lakukan pada orang yang belum mereka kenal, baru mereka kontak atau dengan yang sudah akrab. Dengan siapapun. Hal ini terdengar sangat formal untuk beberapa orang, tapi hal ini menurutku pribadi sangat mencerminkan seseorang itu memiliki attitude yang baik atau tidak.
Pada banyak kesempatan, kata ajaib itu mampu menimbulkan keakraban dan pertemanan baru. Kata tersebut mampu membuat orang yang tadinya tidak saling mengenal, di kemudian hari justru saling jalan merangkul satu sama lain, tertawa membagi cerita tentang keseharian mereka. Membuat yang asing menjadi saling mengenal. Menjadikan apa yang salah pandang, menjadi ilmu baru untuk saling dipelajari. Membuka pintu relasi baru untuk merajut benang-benang rezeki yang dibutuhkan untuk membangun ‘rumah’ di masa depan. Orang-orang yang tadinya melihatku kaku, setelah pernah sekali bekerja sama, hanya dikarenakan kalimat “Terima kasih ya, tadi membantu sekali!” , kemudian hari justru mengajak aku makan siang bersama di kantin dan mengenalkannya pada teman-temannya.
Apasih, Ris?
Terkadang aku terlintas memikirkan apa yang dipikirkan(atau tidak?) oleh orang-orang sebelum mengirimkan chat yang berisi pertanyaan atau bahkan keluhan pada oranglain yang kita tidak tau jelas apa yang sedang dia lakukan pada detik itu. Apakah dia sedang dalam good mood , atau dia baru saja selesai ujian dan ujiannya susah, atau dia baru saja kena marah oleh orangtuanya, atau dia sedang sibuk mengerjakan tugasnya, atau dia sedang makan, sedang kencan, sedang rapat, dsb. Apa pernah ya membayangkan tentang oranglain lagi apa sebelum chat itu dia kirim?
Banyak yang mengirim chat ke line atau whatsapp yang (jujur itu sedikit menyebalkan buatku) tiba-tiba mengeluh, tiba-tiba menggunakan emoticon sedih, tiba-tiba cerita tentang keburukan oranglain, tiba-tiba mengutuk nasibnya, dsb. Hal seperti itu membuat dahiku berkerut, aku bingung harus membalasnya dengan seperti apa; manis atau apa adanya. Hal seperti itu juga membuatku terpukau; betapa mudahnya seseorang mencurahkan isi hatinya, atau bahkan ada yang membuka keburukan dirinya sendiri atau bahkan oranglain! (wow, kenal juga engga) Menarik. Maka kubalas, lalu dia melanjutkan ceritanya, menambahinya dengan pertanyaan sesekali, maka kuberi saran dan mungkin ditambahkan beberapa kritik.
Ada juga yang tiba-tiba ngechat “Minta link soal, dong!” atau “Titip novel dong!” atau “Tulisin nama di depan Eiffel dong!” atau “Motivasiin aku, dong!”atau “Bantuin share ini dong!”. Tiba-tiba sekali. Tanpa salam, tanpa emoticon, tanpa basa-basi. Bahkan ketika sudah diberi apa yang diminta, chat yang aku kirim hanya di read. Blah
Kembali lagi, ini semua adalah pemikiran pribadiku. Setuju atau tidak, aku kembalikan kepada pribadi masing-masing.
Aku melakukan beberapa observasi ke beberapa tulisan di internet dan membaca ( bisa kalian search juga di https://www.google.fr/?gfe_rd=cr&ei=FwJOV8r4D4vBaO-1goAP#q=attitude+baik+dan+ucapan+terimakasih ) banyak sekali efek yang ditimbulkan dari satu kata terima kasih. Sebagai contoh; bersyukur kepada Tuhan, memelihara hubungan baik dengan sesama dan menjadi salah satu indikator kesuksesan yaitu attitude yang baik. Hal yang tidak terlihat oleh mata, padahal menjadi pemicu efek panjang yang berdampak pada hidup kita secara langsung.
Okey, mari singkirkan dulu hal yang berkaitan dengan kesuksesan.
Dalam soal mengirim chat, untukku penting mengakhirinya dengan terima kasih . Hal ini akan menunjukkan bahwa kamu adalah orang baik, yang tercermin dari sikapmu menghormati ‘jasa’ oranglain. Ucapan yang sebenarnya singkat juga akan menimbulkan kesan bahwa kamu adalah pribadi yang menyenangkan, terbukti dari kesopananmu setelah meminta waktu oranglain untuk membaca pesan dan bahkan memintanya untuk membalasnya. Mungkin harus kita sadari bahwa kesibukan setiap orang itu berbeda, maka bersyukurlah jika masih ada orang yang mau membalas pesanmu yang mungkin menurutnya tidak penting. Banyak cerita bahwa beberapa orang sering mengabaikan pesan dari orang yang tidak mereka kenal, maka bahagialah masih ada orang yang mau membaca pesanmu yang bahkan mereka kenal pun tidak denganmu.
Kesan baik dan menghargai oranglain akan membuatmu balik dihargai oleh orang yang kamu kirimi pesan. Siapa yang tahu justru kamu membuat harinya menjadi terasa lebih baik karena kamu membuatnya menjadi merasa berjasa telah membantu orang atau hal lebih kecilnya adalah telah menjadi pendengar oranglain dengan baik. Bisa jadi nantinya orang itu akan memberikan apa yang kamu butuhkan atau inginkan dengan cuma-cuma hanya karena dia senang dan merasa ingin berteman lebih jauh denganmu. Kamu tidak akan pernah tahu, kan ?
Lalu pernahkah membayangkan image seperti apa yang kamu tinggalkan setelah meminta bantuan, meminta saran oranglain dengan seenaknya? Kamu mengiriminya pesan dan menuntutnya untuk menjawab, padahal bisa jadi orang tersebut sedang belajar untuk UTS atau bisa jadi sedang sakit. Rasa ingin berguna bagi oranglain dan ingin menolong oranglain yang menyebabkan dia mau membalas dan memberi saran - menjadi peduli padamu, meski belum saling mengenal - untuk membuatmu menjadi sedikit merasa lebih baik. Bahkan kamu tulis dalam chat ; “Kemana ya ini orang..” atau “Bales bisa kali.” atau bahkan “Respon dong! Sombong amat.” seolah kamu adalah prioritasnya nomor satu atau seolah rumahmu kebakaran dan kamu butuh pemadam kebakaran. Tanpa peduli seperti apa kondisi orang yang kamu kirimi pesan, setelah kamu mendapatkan jawaban yang kamu butuhkan, kamu lekas mematikan handphonemu dan menyudahi percakapan tersebut. Tanpa terima kasih, imagemu akan menjadi baik, ya ?
AELAH! KAKU BANGET SIH WOY!
--
Bukan tentang kaku atau terlalu formal yang aku tekankan di sini. Ada hal lain yang (sengaja) kamu lupakan ketika kamu berhubungan dengan oranglain. Ada aspek yang (sengaja) kamu buat supaya seolah kamu adalah raja yang perlu dilayani detik itu juga. Ada poin yang (sengaja) kamu buat supaya terkesan bahwa di dunia ini, kamu lah yang perlu diprioritaskan.
Perhatikan bahwa setiap orang memiliki kesibukannya masing-masing, mereka memiliki prioritas dan aktivitasnya masing-masing. Di dunia yang serba cepat perubahannya, orang tersebut tidak ingin menjadi tertinggal karena lambat. Tapi, di balik itu, dia tetap ingin berguna dan membantu oranglain. Dia tetap ingin menjadi berguna bagi lingkungannya. Dia tetap ingin menjadi pendengar yang baik. Bahkan mungkin terkadang tanpa kamu tau, dia rela menunda kesibukannya untuk menyimak dan memahami kehidupanmu yang bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesusahan yang sedang dia alami.
Kata terima kasih juga mencerminkan bahwa kamu adalah orang yang sangat menghargai oranglain. Terbukti dari kamu yang menghargai oranglain yang mau menyisihkan waktunya untuk sekedar mengecek handphonenya dan membaca chatmu padahal mungkin saja pada waktu itu dia baru saja punya waktu untuk beristirahat dari kesibukannya yang penuh dengan deadline. Dengan mengucapkan kata penghargaan tersbut terhadap oranglain, kamu juga secara tidak langsung menunjukkan bahwa kamu adalah pribadi yang ramah dan penuh dengan sopan santun. Kamu menunjukkan bahwa dia (orang yang kamu kirimi pesan) adalah orang yang sangat kamu butuhkan dan membuatnya merasa menjadi orang yang ikut andil dalam hidup kamu. Membuat oranglain merasa bahwa dirinya tidak sesia-sia yang dia (pernah) pikirkan.
Kalau kamu merasa bahwa kamu membutuhkan oranglain untuk membuat hidupmu menjadi lebih baik dengan mengirimkannya chat, maka beri timbal balik yang baik juga, jadikan pendengar pembaca pesanmu merasa lebih berguna waktunya untuk menjadi ‘teman’mu, dibandingkan melakukan sesuatu yang penting untuk dirinya sendiri. Hormatilah oranglain sebagaimana kamu juga ingin dihormati. Menjadi orang yang sopan dan santun tidak akan pernah menjadi hal yang tabu untuk dilakukan.
Kamu tidak akan pernah tahu kapan kamu akan butuh dia lagi, kan?
Salam, @rizkydea dengan keabsurdan di dini hari.
Commentaires