Disentil Allah?
Sentilan Allah itu kagak main-main sakitnya!
Aku bisa bicara seperti itu karena aku baru saja mengalaminya. Penyakit yang paling parah dari segala penyakit yang tidak ada obatnya; penyakit hati.
Kenapa, Ris ? Kamu jadi gampang dendam ? Kamu jadi gampang sirik ?
Lebih dari itu. Aku jadi tidak merasakan apa-apa. Hampa.
Hampir 2 bulan yang lalu aku mengalami kehampaan yang luar biasa dalam hatiku. Bukan, bukan karena patah hati, bukan. Aku bahkan tidak bisa merasakan kebahagiaan, apalagi kesedihan. Hatiku hampa. Perasaanku mati. Pikiranku kosong. kek gimane ye..
Pokoknya pikiranku linglung. Aku bahkan tidak berselera untuk melakukan apapun, mengejar ambisi apapun, atau menargetkan apapun. Dalam kurun beberapa hari, yang aku kerjakan hanya sebatas kamar-ruang makan-kamar mandi. Murid les privatku saja aku minta untuk datang ke rumahku. Aku juga membatalkan beberapa janji; dari les, kontrak partnership, ketemu orang, dll.
Aku tidak tahu apakah ini depresi atau bukan. Aku bahkan tidak ada niat untuk memikirkan ada apa denganku sebenarnya. Bercerita dengan kawan - yang sudah 10 tahun mengenalku - pun tidak ingin. Aku benar-benar tidak tahu, aku tidak ingin kenal dengan siapa pun.
Minggu terberatku datang ketika dua pekerjaan impianku menolak karena aku not qualified dan over qualified. Ada pekerjaan impianku lainnya yang menerimaku, namun orangtuaku melarang. Aku sampai pada titik terjenuhku untuk memotivasi diriku sendiri, aku lebih mudah marah, aku mengurung diri, nge-post story di Instagram kalimat-kalimat motivasi tentang kegagalan berkali-kali, berhari-hari,
tapi tetap,
tidak ada rasanya.
Aku membaca beberapa lowongan, menemui beberapa beasiswa, tapi semua niat tiba-tiba kuurungkan karena tidak ada keinginan untuk mencoba. Aku tidak ada rasa untuk mengurus semua berkasnya, aku tidak ingin membuang waktuku percuma hanya untuk beberapa penolakan lagi yang akan kutemui.
MUAK! iya. aku masih manusia biasa.
Di suatu malam, aku benar tidak bisa tidur. Aku tidak minum kopi di pagi hari, tidak pula tidak shalat isya sebelumnya. Namun, saking mati rasanya aku, aku bahkan tidak bisa merasa lagi kantuk dan lelah. Padahal hari itu aku mengajar 8 murid dari jam 1 siang-9 malem.
Sampai akhirnya aku meminum obat tidur dan tertidur di jam 1 pagi.
Tiba-tiba,
Aku terbangun jam 2.15. Segar bugar. Tidak mengantuk. Ditambah secara spontan, aku berjalan ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Lalu aku shalat tahajud. Lalu, aku kebingungan. BINGUNG BANGET ! Sumpah. Merinding juga, mamaku kira aku mengigau tiba-tiba basah badannya.
Setelah salam,
Aku pun menangis. Aku tidak tahu apa yang merasuki aku malam itu, aku terisak dan dadaku terasa sakit sekali. Aku merasa berdosa sekali, penuh dengan ketidakmanfaatan hidup, aku merasa tidak berguna, aku merasa marah, heran, kenapa hidupku sesial ini. Aku menunduk sampai mukenaku basah karena kubuat ngelap air mata, ingus, keringet, ngelap apa aja! Saat menulis ini, aku masih teringat betapa sakitnya dadaku merunduk saat itu,
yang terucap di bibirku hanya;
"YaAllah.. Ampuni aku ya Allah.. Ampuni jika aku terlalu jauh.. Ampuni aku.. Maafin aku yaAllah.. Maafin dosa-dosaku.. Maaffff ya Allaaah.. Maaaafff.. Ampuni dosaku.." sambil menangis kenceeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeng banget.
Aku nggak tahu berapa lama aku meminta ampun dan menunduk sampai surau suaraku, yang aku ingat, tiba-tiba sudah adzan subuh. Kejadian "susah tidur-tiba-tiba bangun" itu terjadi hampir satu minggu. Lelah ? Iya. Banget. nangis weh tuluy.
Beberapa hari kemudian, aku memberanikan diri untuk bertemu kawan baikku yang ilmu agamanya (menurutku) jauh lebih baik dariku. Perempuan, sudah menikah, sahabatku sejak aku benar-benar tidak pernah mengenal siapa diriku.
Aku bertanya padanya (sebut saja Bunga);
"Nge, kenapa ya, kok akhir-akhir ini hati gue rasanya kosong?"
"Lu solat ga?" Bunga
"Solat lah."
"Lu solat buru-buru nggak?" Bunga
"Ya jelas. Kan gue harus ngajar lagi, atau ya ga enak ada temen."
"Ya udah lu juga tau jawabannya." Bunga
"Yeu apaan sih lu gantung!"
Bunga; "Kamu ngaji rutin, nggak, ris?"
"Enggak. Lah hidup orang aja bisa enak kok ga ngaji rutin, bahkan ada yg ga pernah ngaji kan."
Bunga; "Jadi, kamu mau nyamain hidup dia yang ditinggal Allah sama hidupmu ?"
Bunga; "Allah tuh kangen sama kamu, Ris."
"Dia ngerasa, ketemu kamu tuh kok sebentar banget, Ris."
"Udah shalat buru-buru, ga pernah tahajud. Sekalinya shalat, tapi niatnya jelek, jd makin ditegur. Siapa yg suka diajak ketemuan kl ada butuhnya doang ?" "Ngg..ngga ada,sih." "Ya begitu pun kl kamu solat."
--
Sejak saat itu, aku bener2 setiap hari ngebenerin tahajudku dari mulai niat, jam, gerakan dan juga 'ngobrol' sama Allah.. Hidupku sudah beres ? Mimpi-mimpiku sudah terkabul ? Belum. Tapi hatiku sudah terisi. Tidak hampa lagi. Aku selalu punya tujuan setiap harinya mau ngapain. Hidupku lebih teratur. Tidur dan bangunku lebih baik secara kuantitas dan kualitas.
Aku menulis ini sambil gemetar, mengingat betapa Allah rindu dan menyentil manusia bisa menjadi titik terberat dalam hidup. Terima kasih telah memperbolehkan aku menuangkan segala emosi di platform ini.
Pesanku,
Jangan sampai jadi batu, hatimu. Beneran deh, ga enak bgt jadi aku i 2-3 bulan ke belakang ini. Linglung. bingung. Seperti ada masalah bertubi2, sesek banget, setiap malam tidur tidak pernah tenang, seperti sedang mencari sesuatu, berusaha menemukan motivasi, namun bingung yang mana,
dan..
ternyata aku nyari Allah.
(psst, gengs, jangan kira 'sentilan' Allah itu cuma berupa jatoh dari tangga, gagal sbm, gagal menang lomba, atau rumah kemalingan, HP ilang dsb. hati yang tiba2 hampa juga merupakan 'sentilan'.)
Aku bisa bicara seperti itu karena aku baru saja mengalaminya. Penyakit yang paling parah dari segala penyakit yang tidak ada obatnya; penyakit hati.
Kenapa, Ris ? Kamu jadi gampang dendam ? Kamu jadi gampang sirik ?
Lebih dari itu. Aku jadi tidak merasakan apa-apa. Hampa.
Hampir 2 bulan yang lalu aku mengalami kehampaan yang luar biasa dalam hatiku. Bukan, bukan karena patah hati, bukan. Aku bahkan tidak bisa merasakan kebahagiaan, apalagi kesedihan. Hatiku hampa. Perasaanku mati. Pikiranku kosong. kek gimane ye..
Pokoknya pikiranku linglung. Aku bahkan tidak berselera untuk melakukan apapun, mengejar ambisi apapun, atau menargetkan apapun. Dalam kurun beberapa hari, yang aku kerjakan hanya sebatas kamar-ruang makan-kamar mandi. Murid les privatku saja aku minta untuk datang ke rumahku. Aku juga membatalkan beberapa janji; dari les, kontrak partnership, ketemu orang, dll.
Aku tidak tahu apakah ini depresi atau bukan. Aku bahkan tidak ada niat untuk memikirkan ada apa denganku sebenarnya. Bercerita dengan kawan - yang sudah 10 tahun mengenalku - pun tidak ingin. Aku benar-benar tidak tahu, aku tidak ingin kenal dengan siapa pun.
Minggu terberatku datang ketika dua pekerjaan impianku menolak karena aku not qualified dan over qualified. Ada pekerjaan impianku lainnya yang menerimaku, namun orangtuaku melarang. Aku sampai pada titik terjenuhku untuk memotivasi diriku sendiri, aku lebih mudah marah, aku mengurung diri, nge-post story di Instagram kalimat-kalimat motivasi tentang kegagalan berkali-kali, berhari-hari,
tapi tetap,
tidak ada rasanya.
Aku membaca beberapa lowongan, menemui beberapa beasiswa, tapi semua niat tiba-tiba kuurungkan karena tidak ada keinginan untuk mencoba. Aku tidak ada rasa untuk mengurus semua berkasnya, aku tidak ingin membuang waktuku percuma hanya untuk beberapa penolakan lagi yang akan kutemui.
MUAK! iya. aku masih manusia biasa.
Di suatu malam, aku benar tidak bisa tidur. Aku tidak minum kopi di pagi hari, tidak pula tidak shalat isya sebelumnya. Namun, saking mati rasanya aku, aku bahkan tidak bisa merasa lagi kantuk dan lelah. Padahal hari itu aku mengajar 8 murid dari jam 1 siang-9 malem.
Sampai akhirnya aku meminum obat tidur dan tertidur di jam 1 pagi.
Tiba-tiba,
Aku terbangun jam 2.15. Segar bugar. Tidak mengantuk. Ditambah secara spontan, aku berjalan ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Lalu aku shalat tahajud. Lalu, aku kebingungan. BINGUNG BANGET ! Sumpah. Merinding juga, mamaku kira aku mengigau tiba-tiba basah badannya.
Setelah salam,
Aku pun menangis. Aku tidak tahu apa yang merasuki aku malam itu, aku terisak dan dadaku terasa sakit sekali. Aku merasa berdosa sekali, penuh dengan ketidakmanfaatan hidup, aku merasa tidak berguna, aku merasa marah, heran, kenapa hidupku sesial ini. Aku menunduk sampai mukenaku basah karena kubuat ngelap air mata, ingus, keringet, ngelap apa aja! Saat menulis ini, aku masih teringat betapa sakitnya dadaku merunduk saat itu,
yang terucap di bibirku hanya;
"YaAllah.. Ampuni aku ya Allah.. Ampuni jika aku terlalu jauh.. Ampuni aku.. Maafin aku yaAllah.. Maafin dosa-dosaku.. Maaffff ya Allaaah.. Maaaafff.. Ampuni dosaku.." sambil menangis kenceeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeng banget.
Aku nggak tahu berapa lama aku meminta ampun dan menunduk sampai surau suaraku, yang aku ingat, tiba-tiba sudah adzan subuh. Kejadian "susah tidur-tiba-tiba bangun" itu terjadi hampir satu minggu. Lelah ? Iya. Banget. nangis weh tuluy.
Beberapa hari kemudian, aku memberanikan diri untuk bertemu kawan baikku yang ilmu agamanya (menurutku) jauh lebih baik dariku. Perempuan, sudah menikah, sahabatku sejak aku benar-benar tidak pernah mengenal siapa diriku.
Aku bertanya padanya (sebut saja Bunga);
"Nge, kenapa ya, kok akhir-akhir ini hati gue rasanya kosong?"
"Lu solat ga?" Bunga
"Solat lah."
"Lu solat buru-buru nggak?" Bunga
"Ya jelas. Kan gue harus ngajar lagi, atau ya ga enak ada temen."
"Ya udah lu juga tau jawabannya." Bunga
"Yeu apaan sih lu gantung!"
Bunga; "Kamu ngaji rutin, nggak, ris?"
"Enggak. Lah hidup orang aja bisa enak kok ga ngaji rutin, bahkan ada yg ga pernah ngaji kan."
Bunga; "Jadi, kamu mau nyamain hidup dia yang ditinggal Allah sama hidupmu ?"
Bunga; "Allah tuh kangen sama kamu, Ris."
"Dia ngerasa, ketemu kamu tuh kok sebentar banget, Ris."
"Udah shalat buru-buru, ga pernah tahajud. Sekalinya shalat, tapi niatnya jelek, jd makin ditegur. Siapa yg suka diajak ketemuan kl ada butuhnya doang ?" "Ngg..ngga ada,sih." "Ya begitu pun kl kamu solat."
--
Sejak saat itu, aku bener2 setiap hari ngebenerin tahajudku dari mulai niat, jam, gerakan dan juga 'ngobrol' sama Allah.. Hidupku sudah beres ? Mimpi-mimpiku sudah terkabul ? Belum. Tapi hatiku sudah terisi. Tidak hampa lagi. Aku selalu punya tujuan setiap harinya mau ngapain. Hidupku lebih teratur. Tidur dan bangunku lebih baik secara kuantitas dan kualitas.
Aku menulis ini sambil gemetar, mengingat betapa Allah rindu dan menyentil manusia bisa menjadi titik terberat dalam hidup. Terima kasih telah memperbolehkan aku menuangkan segala emosi di platform ini.
Pesanku,
Jangan sampai jadi batu, hatimu. Beneran deh, ga enak bgt jadi aku i 2-3 bulan ke belakang ini. Linglung. bingung. Seperti ada masalah bertubi2, sesek banget, setiap malam tidur tidak pernah tenang, seperti sedang mencari sesuatu, berusaha menemukan motivasi, namun bingung yang mana,
dan..
ternyata aku nyari Allah.
(psst, gengs, jangan kira 'sentilan' Allah itu cuma berupa jatoh dari tangga, gagal sbm, gagal menang lomba, atau rumah kemalingan, HP ilang dsb. hati yang tiba2 hampa juga merupakan 'sentilan'.)
Commentaires