Memang Kamu Siapa ?

Menjadi kakak asuh #anakbimbingriris selama 5 tahun, yang berarti juga aku sudah menyelami dunia masuk PTN selama itu juga, membuatku menyadari satu hal mengenai arti sebuah keinginan. Entah itu ambisi, atau memang benar mimpi. Persaingan merebut kursi di perkuliahan adalah sebuah gengsi yang terjadi. Namun, ada satu hal yang menarik selain daripada menyaksikan perjuangan para #anakbimbingriris. Yaitu selalu munculnya pertanyaan spontan dari mulutku ;

Memang kamu siapa ? Kok pede banget ? 

Terdengar sadis atau tidak, sebetulnya itu tergantung dari pikiran kalian masing-masing sih ya.

Pertanyaan itu dilontarkan ketika ada anak-anak SMA mengeluhkan saat mereka tidak lolos SNMPTN. Mayoritas mengungkapkan bahwa mereka sakit hati karena ditolak. Katanya, sudah dikecewakan oleh harapan yang diberikan oleh seleksi itu. Mereka bercerita bahwa perjuangannya sia-sia, mereka tidak mau lagi bermimpi karena sudah ditolak oleh PTNnya dalam seleksi tersebut....
..
........wait. 

Harapan yang mana ?

Perjuangan yang mana ?

Memang mereka siapa, kok pede buanged bakal keterima SNMPTN ? Apakah nilai mereka naik dari semester 1 sampai 5 ? Apakah sekolah mereka punya alumni yang prestasinya patut dipertimbangkan oleh PTN ? Apakah reputasi dan akreditasi SMA/SMK/MA mereka dipandang bagus, atau, minimal, dikenal oleh pihak PTN yang bersangkutan ? Prestasi apa yang mereka punya sehingga mereka pantas untuk diterima oleh pihak SNMPTN ?

Rata-rata, setiap aku tanya begitu, jawaban mereka pasti;

ya engga ada sih.. 

Ya, lalu ? Mengapa kalian harus merasa sakit hati atas suatu kegagalan yang bahkan dari awal tidak kalian perjuangkan ? Mengapa kalian harus merasa kecewa atas suatu kegagalan yang bahkan dari awal tidak kalian ikhtiarkan ?

Apa dengan mengutuk kegagalan tersebut, dengan sedih dan terpuruk, akan membuat lolos SBMPTN ?

"Entah."

Lalu, hari demi hari dilewati hanya dengan mengeluh dan masih saja meratapi kegagalan SNMPTN itu. Masih saja membandingkan nilai dia dengan nilai orang lain yang diterima. Atau, mungkin bahkan ada yang mengalihkan perasaan kecewa itu dengan melakukan hal-hal seperti mencari-cari motivasi lewat handphone .. tapi tidak dengan..


mencari soal SBMPTN.


Mengapa, ya, mereka tidak mau membalas dendam atas kekalahan mereka di SNMPTN ?

Jika menurut mereka, teman-teman yang rezekinya lolos di SNMPTN adalah orang-orang yang HOKI, mengapa mereka tidak juga menyadari bahwa dirinya bukan termasuk golongan yang punya keberuntungan bagus ? bukankah itu PERTANDA bahwa mereka memang ditakdirkan untuk berjuang ?

Tidak kah mereka merasa menjadi kaum yang merugi, yang setiap jam mantengin layar untuk update info terbaru seputar SBMPTN ? Apa pengaruhnya ? Penilaian baru yang dilansir panitia, memang akan mempengaruhi apa jika kalian memang sudah berusaha dan Tuhan sudah berkata ;

"Jadilah!".

Isu-isu yang beredar justru dimanfaatkan oleh orang-orang yang memang ingin lolos di SBMPTN karena ia tahu bahwa dirinya tidak ingin kalah lagi. Kekhawatiran kalian justru digunakan oleh teman-teman kalian yang semakin memperketat ibadahnya, makin memperbanyak dzikirnya, menambah sodaqohnya.

Kemudian,

Memang kamu siapa ? Kok pede amat ? 

Orang lain engga punya rasa percaya diri setinggi kamu. Mereka merasa masih harus mengasah dan memperbaiki penguasaan soal mereka setiap harinya. Sementara kamu, di sisa hari ini, masih saja asyik bertanya ke sana ke mari aku ngisi semua soal gapapa kan ya? siapa tau bener semua, kan? 

Eh eh, boleh aku bisik-bisik ?

Memang, siapa yang menjamin bahwa isu yang beredar ini bukan jebakan ? Siapa yang bisa memastikan bahwa pengubahan sistem penilaian ini hanyalah pengalihan supaya PTN benar-benar bisa mendapatkan orang-orang yang berkualitas ?

Apakah kamu yakin, panitia sudah jujur sejujur-jujurnya ?

Ini, kan, persaingan. Ini, kan, ujian.

Soal UN saja bisa melenceng, apalagi soal SBMPTN.

Sudah, akui saja.

Kamu mungkin memang ingin gagal lagi.

Karena, orang lain yang takut merasakan kepahitan itu, saat ini sedang serius menyimak pembahasan-pembahasan soal di internet. Sementara kamu, mungkin sedang sibuk berdiskusi di grup line atau whatsapp. Berdiskusi seberapa banyak peluang jika memilih A, memilih B.

Padahal, orang-orang yang berhasil lolos adalah mereka yang setia pada mimpinya, tulus pada doanya. Dia mengharap izin Tuhannya, bukan rasionalitas kawannya.

Kawanmu yang sama-sama melihat tulisan dalam kolom merah itu sedang membaca kolom-kolom pembahasan soal. Setiap jam, setiap menit, setiap detik. Jika ada orang yang berkata bahwa yang dilakukan itu berlebihan, dia justru tidak peduli. Dia merasa, setiap waktu yang terbuang untuk bermalas-malasan justru akan semakin menjauhkannya dengan mimpinya. Ibarat roda sepeda, jika ia berhenti mengayuh, ia tidak akan pernah sampai.

Yasudah, kawan. 

Nikmati saja waktu luangmu. 

Sampai ia berubah, 

menjadi penyesalan terbesarmu. 

Memang kamu siapa ? 

Mengharap bisa menang tanpa berjuang.

Memang kamu siapa ?








Commentaires

Articles les plus consultés